Kenali 2 jenis Mentor ini biar tidak salah fokus!
Kalau skill atau karir mu tidak banyak berkembang, mungkin karena kamu meniru atau meng-imitasi mentor yang salah.
Halo, Eka disini. Blog ini adalah media untuk berbagi opini serta insight tentang isu terbaru di seputaran programming dan kehidupan programmer. Kirimkan saya pertanyaan, saya akan coba jawab di postingan berikutnya 🙏
Mentor dapat membantu memberi arah untuk mencapai apa yang kita inginkan dengan lebih cepat. Karena kita belajar langsung dari yang sudah pernah mengalaminya, belajar langsung dari kesalahan mereka. Akan lebih cepat dari pada harus belajar dan mencari jalan sendiri.
Meskipun secara formal saya tidak memiliki seorang mentor langsung, namun banyak sosok di luaran sana yang saya jadikan inspirasi. Yang ternyata mereka juga bisa disebut mentor, yaitu Mentor Aspiratif.
Mentor Aspiratif adalah orang yang menjadi inspirasi kita, orang yang kita jadikan role-model, kita ingin menjadi seperti mereka.
Ironisnya, sebagian besar dari kita hanya mampu “memiliki” mentor Aspiratif (termasuk saya sendiri). Tidak banyak yang beruntung mendapatkan mentor langsung, hanya bisa mengagumi dan bermimpi ingin seperti mereka.
Masalah dengan Mentor Aspiratif
Mark Zuckerberg adalah mentor aspiratif saya, suatu saat saya ingin seperti dia. Program yang dia bikin dari kamar kosan meledak dan digunakan oleh jutaan orang dari seluruh dunia (Facebook).
Itu adalah mimpi semua programmer (saya), kalau ada yang tidak ingin seperti dia, maka saya tentu saja mempertanyakan kewarasan mereka.
Namun pada kenyataannya, sekeras apapun saya bekerja dan belajar, kecil kemungkinan bisa menyaingi kesuksesannya. Sehebat apapun saya sebagai programmer, belum tentu produk saya bisa menyaingi Facebook. Sedetail apapun saya meniru sosok Mark Zuckerberg, saya tidak akan pernah seterkenal dia. Kenapa?
Karena kami berada di level yang berbeda.
Saya bukan Mark Zuckerberg, lingkungan dia tidak sama dengan lingkungan tumbuh dan bekerja. Circle pertemanan dia tidak sama dengan teman-teman saya. Prioritas dia tidak sama dengan prioritas saya saat ini.
Gap nya terlaluuuuuuu jauuuuuuuh sehingga meng-copy mentah-mentah cara hidupnya saat ini adalah hal yang tidak masuk di akal.
Terus solusinya?
Carilah mentor Praktis
Tidak perlu belajar dari Bill Gates kalau kamu ingin menjadi programmer hebat. Belajarlah dari teman sekelasmu yang sudah duluan belajar coding, tanyakan seniormu bagaimana cara dia belajar sampai memiliki skill yang sekarang.
Belajar dari mereka yang sudah di level 4 atau 5 kalau kamu masih di level 3, jangan nembak langsung ke level 1000!
Pelajari hal-hal praktis dan actionable dari mereka yang masih bisa kamu jangkau. Naiklah level sedikit demi sedikit, satu langkah per hari
Kesimpulan
Idealnya kamu perlu dua mentor. Mentor Aspiratif yang kamu jadikan inspirasi untuk tetap semangat meraih mimpimu. Dan yang paling penting adalah mentor Praktis, tempat kamu belajar hal nyata dan praktis untuk mencapai level yang lebih baik dari yang sekarang.
Jangan overthink! kita berlomba dengan diri sendiri, dengan kecepatan yang kita miliki, maju satu langkah setiap hari, sambil menikmati prosesnya.
Tidak perlu se-terkenal Mark Zuckerberg untuk bisa menjadi panutan, tidak perlu se-kaya Bill Gates untuk bisa bermanfaat buat lingkungan.