Berikan 110% dari yang diminta
Skill penting, tetapi bagaimana caramu men-deliver results ternyata lebih penting.
Halo, Eka disini. Blog ini adalah media untuk berbagi opini serta insight tentang isu terbaru di seputaran programming dan kehidupan programmer. Kirimkan saya pertanyaan, saya akan coba jawab di postingan berikutnya 🙏
Sejak belasan tahun yang lalu ketika pertama kali merasakan yang namanya bekerja, meskipun saat itu belum memasuki bidang IT, ada satu prinsip yang secara tak sengaja selalu saya bawa dan terapkan hingga saat ini yaitu:
Selalu berikan 110% dari yang diminta.
Saya bukan berbicara tentang (memberikan 110%) uang, melainkan tentang men-deliver hasil, kualitas, dan effort yang saya berikan kepada mereka pengguna jasa saya.
Buat kamu yang sudah membaca ebook Zero To Programmer yang saya tulis, pasti sudah tahu bahwa saya mengawali karir sebagai seorang desainer grafis hanya berbekal keahlian Photoshop yang bisa dibilang pas-pasan. Mungkin juga saat itu perusahaan yang menerima saya tidak perlu orang yang berskil dewa, cukup bisa mengoperasikan Photoshop dasar karena memang pekerjaannya cukup sederhana.
Namun di sisi lain saya menanggapinya berbeda. Ketika ada yang memberikan kepercayaan, maka sebagai rasa syukur saya akan memberikan yang terbaik yang saya bisa bahkan tidak jarang memberi lebih dari yang diminta. Tanpa saya sadari, mentalitas itu (untungnya) selalu berakhir dengan baik, membuat saya menjadi lebih dipercaya bahkan dihadiahi posisi lebih baik ataupun gaji lebih besar.
Berikut adalah beberapa contoh nyata bagaimana saya menerapkannya.
👉 110% sebagai Desainer grafis
Ketertarikan akan komputer dan internet bukanlah sesuatu yang saya miliki dari kecil, bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Tetapi satu hal yang pasti adalah saya selalu terbuka dengan segala jenis peluang dan tantangan yang membuat saya bisa dibilang “go with the interesting flow“, saya ikuti arus di mana sekiranya menantang (menarik).
Desainer grafis bukanlah sebuah title formal yang saya dapatkan secara formal pula, saat itu saya hanya seorang anak muda yang bisa pakai Photoshop dan mengambil foto produk dengan kamera konsumer biasa. Itulah pekerjaan saya sehari-hari, foto produk di atas kertas berlatar putih, cabut SD-card, masukan ke komputer. Edit (bersihkan, crop) foto sesuai spesifikasi dan input foto itu ke sistem. Itu saja.
Untuk mencegah pekerjaan itu membosankan (karena sangat repetitif), saya perlu membuatnya lebih menantang. Saya mulai belajar mendesain banner, belajar membuat gambar vektor, membuat kartu ucapan ulang tahun dan lain-lain.
Ketika ada requirements untuk membuat sebuah desain tag produk baru, maka saya menawarkan diri untuk mencoba membuatnya, ketika perlu membuat sebuah logo brand baru maka sayapun ditugaskan untuk mencobanya dan hasilnya ternyata bagus.
Semua itu bukan tugas saya, saya tidak dibayar untuk mengerjakan semua itu, kenapa saya mau? karena saya ingin menunjukan bahwa potensi saya tidak hanya 100% tetapi 110% atau lebih.
Terus apa hadiah dari memberikan nilai lebih itu? saat itu perusahaan ternyata kurang peka (atau pura-pura tidak peka), tidak banyak yang berubah dari segi posisi ataupun gaji 😅. Tetapi saya menikmati setiap tantangan itu dan membuat saya sadar bahwa saya bisa mempelajari skill apapun kalau memang saya mau, pelajaran itu akan sangat berguna di petualangan saya berikutnya.
👉 110% sebagai Software Developer
Sepanjang karir saya sebagai developer mulai dari saat freelancing sampai bekerja dengan perusahaan luar pun prinsip ini masih terus saya pegang.
Misalnya ketika saya diminta untuk mengerjakan sebuah fitur berarti saya akan memastikan fitur tersebut berjalan sesuai yang diinginkan dan reliable sesuai yang diharapkan. Untuk itu maka tanpa diminta saya harus melengkapinya dengan test cases yang cukup, bahkan kalau perlu dilakukan load testing untuk memastikan fitur tersebut tidak crash ketika diberikan live production traffic. Terakhir tidak lupa saya sertakan dokumentasi yang cukup supaya teman-teman developer yang lain mudah memahami.
Itu semua tanpa diminta, melainkan sebagai bagian dari tanggung jawab moral saya sebagai seorang software developer; menghasilkan software yang bisa diandalkan sehingga secara implisit saya adalah pribadi yang bisa diandalkan.
Contoh lainnya baru-baru ini terjadi, kita berencana melakukan migrasi dari platform Google Cloud Run ke Google Kubernetes Engine untuk mendapatkan kontrol penuh terhadap jalannya aplikasi. Namun sayangnya, tidak ada diantara kita (para engineer) yang pernah menjalankan sistem berbasis Kubernetes di production.
Sebagai seseorang yang suka tantangan saya mengajukan diri untuk menginisiasi proyek migrasi tersebut, saya minta diberikan waktu beberapa minggu untuk belajar Kubernetes dari Nol dan berikan beberapa bulan untuk memindahkan semua aplikasi kita. Hasilnya? Awal Mei 2023 ini semua aplikasi kita berjalan di Google Kubernetes Engine (GKE), lengkap dengan dashboard untuk memonitor sistem dan dokumentasi bagaimana cara mendeploy aplikasi baru di Kubernetes. Diinisiasi dan dikerjakan oleh satu orang saja yaitu saya sendiri.
Pertanyaanya, kenapa sih mau pusing-pusing dan capek-capek begitu?
Buat saya, ketika sesuatu itu terlalu mudah maka dia akan membosankan dengan cepat. Tidak ada hal yang lebih buruk daripada bangun pagi dan tahu bahwa hari ini kita akan mengerjakan hal membosankan selama 8 jam.
Tanpa disadari, hanya karena ingin menghindari kebosanan, saya menjadi memiliki nilai lebih (skill) dan bisa memberikan lebih bahkan tanpa diminta.
Itu hanyalah beberapa contoh, prinsip tersebut saya terapkan pada setiap hal yang saya kerjakan. Tentu saja kali ini saya lebih beruntung, sikap tersebut ternyata dilihat, dihargai dan diberikan reward yang sesuai 🙂
👉 110% di segala bidang
Saya yakin ketika kita memberikan effort lebih (yang positif) pada suatu hal maka besar kemungkinan kita bisa sukses di bidang tersebut. Bidang yang saya maksud bisa apa saja bahkan bisa diterapkan dalam pertemanan, percintaan atau di keluarga.
Namun disaat orang lain tidak membalas sesuai dengan value yang sudah kita berikan, janganlah sakit hati, ikhlaskan, karena tujuan kita memberi nilai lebih bukan untuk menjilat atau terlihat hebat atau ingin naik pangkat/gaji semata, tetapi karena itu adalah core value dalam diri kita yang tidak banyak orang lain punya.
Setelah sedikit introspeksi, belakangan saya pahami kenapa saya punya tendensi untuk selalu memberikan lebih:
Saya tidak suka men-deliver crappy product atau jasa dengan kualitas asal-asalan. Setiap karya yang dihasilkan dari tangan saya harus menunjukkan kualitas diri saya sendiri. Kalau asal-asalan berarti saya juga asal-asalan, tidak peduli pada kualitas. Begitu juga sebaliknya.
Saya menghindari kebosanan dengan mendorong diri untuk melakukan hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya, hasilnya malah jadi memiliki skill baru dan berujung kepada kemampuan untuk memberikan more value.
Saya tidak terlalu perhitungan. Saya tidak melihat sesuatu itu dari seberapa menguntungkannya hal itu kedepannya buat saya, pengalaman yang bisa saya dapatkan dari prosesnya bernilai lebih dari kemungkinan reward nya. Hal itu membuat saya tidak terlalu overthink dan menikmati setiap hal yang saya kerjakan.